EQiie Sadewa Blog—Ketika beralih profesi dari
tentara menjadi pedagang, Yoyok Riyo Sudibyo tak menyangka akan terpilih
menjadi Bupati Batang, Jawa Tengah, pada tahun 2012. Menyadari tak
memiliki kemampuan birokrat, Yoyok memilih belajar sambil menjalankan
pemerintahan.
Ia membuat terobosan dengan menyelenggarakan Festival Anggaran pada tahun 2014 hingga mengantarkannya memperoleh penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Awards (BHACA) 2015.
"Beda kalau bupati itu dari birokrat atau politisi, ngerti-lah (cara menjalankan pemerintahan). Kalau saya blank, makanya bekerja sambil belajar," kata Yoyok seusai menerima penghargaan di Jakarta, Kamis (5/11/2015) malam.
Yoyok
mengatakan, ia pernah berjanji akan mengundurkan diri jika dalam kurun
waktu tiga tahun tak bisa mengubah tata kelola pemerintahan lebih baik.
Janji ini memacu dirinya untuk mencari cara bagaimana mengelola
pemerintahan yang efektif, efisien, dan meminimalisasi korupsi.
"(Perubahan) ini siapa yang nuntut? Rakyat. Siapa yang nuntut? Reformasi, reformasi birokrasi. Ya jalan saja, bismillah," kata dia.
Pada
tahun pertama menjabat, ia mengirimkan surat kepada semua kepala dinas
yang berisi perintah agar tak ada yang memberikan proyek apa pun kepada
orang yang mengatasnamakan dirinya, keluarga, atau bahkan tim sukses.
"Tempel kertas itu di belakang kursi, taruh di atas meja kepala dinas masing-masing," ujarnya.
Ia
juga mengajak masyarakat untuk memberikan penilaian terhadap dirinya.
Kertas berisi kuesioner pun disebar. Namun, cara itu kurang efektif
untuk mendapatkan penilaian dan harapan masyarakat terhadap
pemerintahan.
"Kebiasaan masyarakat itu kalau dapat kertas, brosur, itu pasti langsung dibuang," kata Yoyok.
Yoyok
kemudian belajar sistem tata kelola pemerintahan dari Pemkot Surabaya.
Kekagumannya terhadap mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam
mengelola pemerintahan akhirnya membawanya ke sana.
Dari sekian
banyak sistem tata kelola yang baik, Yoyok memutuskan untuk belajar
bagaimana mengelola sistem lelang barang dan jasa terlebih dahulu. Ia
menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat untuk membantunya.
Indonesia Corruption Watch dan Transparency International Indonesia
diajaknya untuk membantu bagaimana tata kelola lelang barang dan jasa
agar lebih transparan dan minim praktik korupsi. Ombudsman RI juga
digandeng untuk mengajari bagaimana memberikan pelayanan yang baik
kepada publik.
Hasilnya, pada tahun 2014, ia menggelar Festival
Anggaran. Kegiatan itu diperuntukkan bagi setiap dinas untuk memamerkan
sistem tata kelola keuangan yang diterapkan di tempat masing-masing.
Pada tahun yang sama, upaya menimba ilmu dari Pemkot Surabaya membuahkan
hasil.
"Alhamdulillah bisa dapat penghargaan ISO 27001," ujarnya.
Sejumlah
penghargaan yang diperoleh, kata Yoyok, tak akan dijadikannya "jualan"
untuk kembali maju mencalonkan diri pada pilkada mendatang. Yoyok
menegaskan, ia tak akan mencalonkan diri kembali dalam Pilbup Batang
2017 mendatang. Bagi dia, memimpin Kabupaten Batang selama satu periode
sudah cukup.
"Tugas pemimpin yang paling berat adalah bagaimana
menghasilkan pemimpin baru yang lebih baik dari sekarang," kata dia.